pekalongan – Tokoh Olahraga Indonesia kembali berduka. Tokoh senior sekaligus eks manajer Timnas Indonesia, IGK Manila, meninggal dunia pada usia 78 tahun.
Kabar duka ini dikonfirmasi oleh pihak keluarga pada Senin pagi (18/8), yang menyebut IGK Manila menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.
Menurut keterangan keluarga, almarhum wafat karena komplikasi penyakit jantung yang sudah lama dideritanya.
Selama beberapa bulan terakhir, IGK Manila memang menjalani perawatan intensif dan sempat keluar-masuk rumah sakit.
Kabar kepergiannya langsung menyebar luas di kalangan tokoh olahraga, militer, dan publik sepak bola nasional.
Ucapan duka dan penghormatan mengalir dari berbagai kalangan, termasuk PSSI, KONI, hingga para pemain dan pelatih Timnas yang pernah bekerja bersamanya.
Menteri Pemuda dan Olahraga RI, dalam pernyataannya, menyebut almarhum sebagai “putra bangsa yang mendedikasikan hidupnya untuk olahraga dan tanah air.”
Baca Juga : intip Persiapan Karnaval Kendaraan Hias di Monas
IGK Manila dikenal luas sebagai figur militer
Namanya mulai menonjol saat menjabat sebagai manajer Timnas Indonesia pada era 1990-an, di mana
Di bawah kepemimpinannya, Timnas berhasil meraih prestasi membanggakan di berbagai turnamen regional seperti SEA Games dan Piala Tiger.
Tak hanya sebagai manajer, IGK Manila juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PSSI, serta aktif dalam pengembangan program pembinaan usia muda.
Kontribusinya terhadap sistem pelatihan dan kedisiplinan atlet menjadi warisan penting bagi generasi penerus.
ini Beberapa mantan pemain Timnas menyampaikan kesan mendalam atas figur IGK Manila yang mereka anggap sebagai “ayah” di lapangan.
“Beliau sangat keras, tapi itu justru yang membentuk mental kami. Kami sangat kehilangan,” ujar salah satu eks kapten Timnas.
Jabatan terakhirnya di militer adalah Letnan Jenderal (Purn), sebelum kemudian lebih fokus pada pengembangan olahraga nasional.
Latar belakang militer ini turut memengaruhi gaya kepemimpinannya yang tegas, namun terstruktur dan efisien.
Rekam ini jejaknya juga menunjukkan konsistensi dalam menolak campur tangan politik ke dalam keputusan tim.
